Selasa, 19 April 2016

Teks Anekdot Dalam Bentuk Drama

 Sampah Jadi Masalah

Saat itu bel istirahat telah berbunyi. Siswa-siswi pun berhamburan keluar kelas.
Retno  : Cien, udah istirahat, ke kantin yuk?
Ciendy : Ayo! Kamu mau beli apa?
Retno  : Aku mau beli pentol aja.
Ciendy : Iya, aku ikutan deh.
Mereka pun berjalan menuju kantin.
Di depan kelas X-MIPA 3.
Tiba-tiba ada seorang murid yang baru datang dengan membawa sebotol air, lalu membuangnya sembarangan. Temannya pun mengingatkan siswa tersebut.

Evita    : Glek glek (meneguk air, lalu membuang botolnya sembarangan)
Chasbi : Ev!
Evita    : (menoleh) Apa?
Chasbi : Botol (menunjuk botol yang berada di bawah kaki Evita)
Evita    : Apa? Pentol? Kamu mau nitip pentol?
Chasbi : Bukaann…Botol kamu…(sedikit berteriak)
Evita    : Hah?? Rokku nggak kecantol kok.
Tiba-tiba salah satu teman mereka pun datang.

Evita    : Eh, Bi Chasbi ngomong apaan sih?
Robi    : Emang kenapa?
Evita    : Nggak tahu, dari tadi dia ngomong nggak kedengeran.
Chasbi : (menepuk dahinya) botol kamu jangan dibuang sembarangan. Nanti dimarahi Pak Lamiran.
Robi    : Apa? Lampiran?
Chasbi : Pak Lamiran… nanti dimarahi Pak Lamiran!
Evita    : Hah? Sampiran?
Robi    : Parkiran? Kamu ngomong apa sih?
Chasbi yang frustasi pun menghampiri keduanya, lalu membuang botol itu pada tempat sampah.
Chasbi : Maksudnya botol kamu…buang sampah pada tempatnya. Masak ada slogan ‘Buanglah Sampah Pada Tempatnya’ Cuma buat pajangan doang, nggak ada gunanya kalau kalian tetep aja kayak gini.
Evita    : Ya maaf, lain kali aku akan buang sampah pada tempatnya deh.
Robi    : Iya aku juga.
Chasbi : Ya udah lah, cepetan masuk. Setelah ini bel masuk.
Mereka pun masuk ke dalam kelas. Bel masuk berbunyi.
Disisi lain, teman-teman mereka keheranan dengan suatu hal. Mereka mengendus-endus sesuatu.
Ciendy : Eh, bau apaan sih ini? Bau banget deh. Bukan bau badan kamu kan Gil?
Baagil  : (mengendus bau badannya) Nggak kok. Kamu paling Ret?
Retno  : Enggak ih. Aku nggak bau.
Baagil  : Lief (memanggil) kesini deh!
Alief yang sejak tadi duduk di kursinya pun berdiri dan menanggapi panggilan Agil.
Alief    : Kenapa?
Baagil  : Kamu bau sesuatu nggak?
Alief    : Bau? Enggak tuh. Aku nggak bau apa-apa. Emang kenapa?
Baagil  : Dari tadi ada bau nggak enak, tapi nggak tahu dari mana asalnya.
Ciendy : Bukan dari kaos kaki kamu kan Lief?
Alief    : Nggak tahu. Nih, cium aja (menyodorkan kakinya pada muka teman-temannya)
Retno  : Eh, nggak sopan tau.
Ciendy : Kaos kakimu bau Lief.
Alief    : Enak aja. Kaos kakiku baru ganti tadi pagi.
Baagil  : Lha terus ini bau apa dong?
Tiba-tiba teman-teman yang lain pun masuk kelas.
Evita    : Eh eh, ada apa nih? Kalian ngapain disini? Udah bel masuk. Kalian nggak denger?
Ciendy : Iya denger kok. Eh, kamu bau sesuatu nggak sih?
Robi    : Bau sesuatu?
Robi, Evita, Chasbi     : BAU APA INI? (serempak)
Chasbi : Bau sampah itu mungkin (menunjuk tong sampah yang sudah penuh)
Ciendy : Tadi dikiranya bau kaos kakinya Alief.
Evita    : Yaa nggak salah juga sih. Kaos kakinya Alief juga beneran bau.
Alief    : Tuh kan, aku lagi yang kena. Gitu aja terus. Selalu aku yang disalahin.
Robi    : Bercanda Lief

Lalu mereka pun kembali duduk di bangkunya masing-masing.
Tiba-tiba Bu Siti datang. Ia pun mencium bau tidak sedap. Namun…
Bu Siti : Assalamualaikum. Eh eh eh… aaaa brukk (terjatuh karena tersandung high heelsnya sendiri)
Semua : Waalaikumsalam.
Chasbi : Loh loh Bu. Ibu nggak apa-apa? (berdiri dari tempat duduknya lalu membantu Bu Siti)

Chasbi membantu Bu Siti untuk merapikan buku-bukunya yang terjatuh, tangan Chasbi terjulur untuk mengambil buku yang berserakan, namun tangan Bu Siti juga terjulur ingin mengambil buku. Akhirnya tangan mereka berdua pun bertemu.
Alief    : Ehem… Walaa taqrobuzzinaa.
Lalu Chasbi pun mengambil buku tersebut dan mengembalikannya pada Bu Siti. Ia pun kembali duduk ke bangkunya. Namun, Bu Siti menyadari sesuatu.
Bu Siti : Anak-anak, kok ada bau nggak enak ya. Bau apa ini?
Ciendy : Bau kaos kakinya Alief Bu.
Alief    : Jangan nuduh sembarangan ya! Itu bu, bau sampah.
Bu Siti : Sampah? (melihat ke tong sampah lalu melihat sekeliling)
Evita    : Iya bu, tong sampahnya udah penuh, terus teman-teman yang lain pada buang sampah sembarangan.
Bu Siti : Masak juara kelas terbersih, tapi kelasnya banyak sampah? ya udah sekarang bersihkan saja.
Chasbi : Caranya bu?
Bu Siti : Ya dibuang masa dicuci
Chasbi : Gimana kalau disikat bu?
Bu Siti : Ya gapapa,kalo perlu dilaundry?
Chasbi : Kalau dilaundry perkilo berapa bu?
Ciendy : Kamu kira baju Bi?
Bu Siti : Kalau kalian nggak mau buang, kalian semprot aja!
Evita    : Apanya yang disemprot bu?
Alief    : Terus apa yang dipake buat nyemprot bu.
Bu siti : Ya pake apa aja yang penting bisa menghilangkan bau ini.
Chasbi : Tuh ada stella, pake aja yuk!
Bu Siti : Kamu gila ya, masak stella buat nyemprot bau kayak gini.
Chasbi : Kalo saya gila ya gak sekolah Bu.
Bu Siti : Sudah sudah. Sekarang kalian semprot aja yang bisa bikin bau seperti  ini.
Robi    : Badannya Agil disemprot Bu? Kan Agil badannya bau! (menutup hidung)
Evita    : Berarti kaos kakinya Alief juga Bu?
Semua : HAHAHA.
Bu Siti : Ya tong sampahnya anak-anak. Sudah-sudah sekarang pelajaran!
Semua : PELAJARAN APA BU?
Bu Siti : Pelajaran untuk mengadapi UAS.
Baagil  : Kapan UAS nya bu??
Bu Siti : Minggu depan kita UAS.
Alief    : UAS itu kan Ujian Asal Silang. Kenapa harus belajar segala sih Bu?
Bu Siti : Ngawur kamu itu. Sudah, sekarang buka buku PKN halaman 20.
Kelas pun kembali normal saat Bu Siti menerangkan pelajaran. Di tengah-tengah pelajaran tiba-tiba listrik mati.
Retno  : Kok gerah banget ya?
Ciendy : Iya nih. (menengadah ke atas melihat kipas angin) Lha pantes aja. Listriknya mati.
Evita    : Bu Siti.
Bu Siti : Iya. Ada apa?
Evita    : Listriknya mati Bu.
Bu Siti : Lha terus kenapa?
Evita    : Kok bisa ya Bu?
Bu Siti : Mungkin pemadaman listrik bergilir.
Evita    : Kalau gini sih, bukan pemadaman listrik bergilir Bu, tapi pemadaman listrik ngeselin.
Bu Siti : Ya sabar aja, sebentar lagi pasti nyala.
Lalu bel pulang berbunyi. Semua murid bersorak gembira.
Bu Siti : Baik, pelajaran hari ini cukup sampai disini saja.
Alief    : Sebelum pulang, mari kita berdoa menurut keyakinan masing-masing. Berdoa mulai. Amin.
Bu Siti : Baik, Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Semua : Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh.
Lalu, Bu Siti pun meninggalkan kelas. Ia tersandung sepatu hak tingginya lagi, namun tidak sampai terjatuh.
Robi    : Cien, Ret, Ev!
Ciendy, Retno, Evita  : Iya?
Robi    : Kalian nanti langsung pulang?
Evita    : Iya lah. Kenapa?
Robi    : Makan di warung mie ayam seberang jalan yuk?
Retno  : Lagi nggak ada duit Bi!
Robi    : Aku traktir. Tenang aja.
Evita    :Wah, aku nggak bisa nih. Disuruh Mamaku langsung pulang soalnya.
Robi    : Ooh. Ya udah kalau gitu Ciendy sama Retno aja gimana? Mau kan?
Ciendy dan Retno       : Ok deh.
Evita    : Kalau gitu aku duluan ya. (melambaikan tangan lalu pergi)
Robi, Ciendy, Retno   : Iya, hati-hati dijalan.
Evita pun pulang ke rumah sendirian. Sedangkan Robi, Ciendy, dan Retno akan makan mie ayam di warung seberang jalan. Di jalan, mereka bertiga ngobrol tentang sesuatu, tanpa mereka sadari ada kulit pisang di depan mereka.
Robi    : Srreeett…bukkk (jatuh) Awww… sakit…
Retno  : Bi, kamu nggak apa-apa? (membantu Robi berdiri)
Robi    : Iya nggak apa-apa kok. Makasih ya.
Ciendy : Siapa sih yang buang kulit pisang sembarangan gini?
Robi    : Iya, kalau ada yang kepeleset kayak gitu lagi kan bahaya.
Retno  : Nggak di kelas, nggak di jalan. Banyak sampah. Di mana-mana ada sampah.
Ciendy : Iya. Kamu bisa jalan kan Bi?
Robi    : Iya bisa kok. Tapi, sekarang nggak bisa makan mie ayam dulu. Besok aja gimana?
Retno  : Iya deh nggak apa-apa.

Mereka pun akhirnya pulang, dan tidak jadi makan mie ayam.
Mereka menyadari jika membuang sampah sembarangan juga dapat mengakibatkan bahaya bagi orang lain. Jadi, semuanya pun memutuskan untuk menjaga kebersihan lingkungan di mana pun mereka berada, dan tidak akan membuang sampah sembarangan lagi.
TAMAT

UJI PENGAMATAN ADANYA BORAKS, PEWARNA SINTETIS, DAN FORMALIN

 UJI PENGAMATAN
ADANYA BORAKS, PEWARNA SINTETIS, DAN FORMALIN



I.            UJI ADANYA BORAKS

Alat dan Bahan :
1.     A. Pentol A
B. Pentol B
2.  Sosis
3.  A. Kerupuk puli A
     B. Kerupuk puli B
4.  Tusuk gigi yang sudah direndam air kunyit.
5.  Air Kunyit.

Tujuan Pengamatan   :
Untuk mengidentifikasi boraks yang ditambahkan pada makanan.

Hipotesis   :
Jika pada makanan tersebut setelah ditetesi air kunyit akan berubah warna menjadi kuning, maka makanan tersebut positif mengandung boraks, dan jika tidak berubah menjadi warna kuning, makanan tersebut tidak mengandung boraks.

Cara Kerja :
1.     Pentol dengan sampel A dan B sama-sama ditusuk dengan tusuk gigi yang sudah di rendam air kunyit.
2.     Sosis juga ditusuk dengan tusuk gigi yang sudah di rendam air kunyit.
3.     Kerupuk puli dengan sampel A dan B di letakkan di wadah, untuk menguji adanya boraks.
4.     Lalu, ketiga sampel makanan di tetesi air kunyit untuk menguji kandungan boraks.









HASIL PENGAMATAN

No.
Bahan Makanan
Warna setelah ditetesi air kunyit
Kesimpulan
1.
Pentol A
Menjadi kekuningan
Mengandung boraks

Pentol B
Menjadi kekuningan
Mengandung boraks
2.
Sosis
Menjadi kekuningan
Mengandung boraks
3.
Kerupuk puli A
Menjadi kekuningan
Mengandung boraks

Kerupuk puli B
Menjadi kekuningan
Mengandung boraks



II.          UJI ADANYA PEWARNA SINTETIS

Alat dan Bahan :
1.     Tahu dengan sampel A, B, dan C
2.     Air gamping

Tujuan Pengamatan   :
Untuk mengidentifikasi bahan pewarna yang ditambahkan pada tahu kuning

Hipotesis   :
Jika pewarna tahu kuning berasal dari kunyit, maka setelah di beri air gamping akan luntur dan sebaliknya jika tahu kuning berasal dari pewarna sintetik, maka setelah diberi air gamping tahu tidak berubah warna.

Cara Kerja :
1.     Letakkan masing-masing tahu ke dalam cawan petri yang berbeda
2.     Celupkan masing-masing tahu ke dalam air gamping
3.     Amati setelah beberapa menit




HASIL PENGAMATAN

No.
Bahan Makanan
Warna setelah dicelupkan air gamping
Kesimpulan
1.
Tahu Kuning A
Warna kuningnya luntur
Pewarna alami (kunyit)

Tahu kuning B
Tidak berubah (tetap warna kuning)
Pewarna sintetis
2.
Tahu warna merah
Tidak berubah (tetap warna merah)
Pewarna sintetis

Pertanyaan        :
1.     Adakah tahu dengan sampel A, B, dan C yang tidak menghasilkan perubahan warna ?
Jawab          : Ada, Tahu kuning sampel B dan tahu pewarna merah.
2.     Adakah tahu dengan sampel A, B, dan C yang terjadi perubahan warna ? Sebutkan !
Jawab          : Ada, Tahu kuning sampel A dengan pewarna alami (kunyit)

III.        UJI ADANYA FORMALIN

Alat dan Bahan :
Ø Sosis
Ø Udang
Ø Mie basah
Ø Kerang
Ø Ikan asin
Ø Cawan petri
Ø Air
Ø Tabung reaksi
Ø Gelas kimia
Ø Tripod (kaki tiga)
Ø Pembakar spiritus
Ø Pipet tetes
Ø Pinset



Tujuan Pengamatan   :
Mengidentifkasi formalin yang ditambahkan pada makanan.

Hipotesis   : Jika setelah direbus, bahan makanan yang sudah dihaluskan dan diberi cairan penguji formalin berubah warna menjadi orange, maka makanan tersebut mengandung formalin.

Cara kerja :
1.     Siapkan bahan makanan yang akan di uji kandungan formalinnya.
2.     Siapakan gelas kimia, kaki tiga, dan pembakar spiritus. Isi gelas kimia dengan air secukupnya. Lalu, rebus air hingga mendidih.
3.     Siapkan cawan petri dan tabung reaksi. Haluskan satu persatu bahan makanan di cawan petri lalu beri sedikit air.
4.     Setelah itu tuangkan air yang bercampur dengan bahan makanan yang dihaluskan tadi ke tabung reaksi.
5.     Lalu, beri cairan penguji formalin sebanyak 8-10 tetes menggunakan pipet tetes.
6.     Letakkan tabung reaksi yang sudah diberi cairan penguji formalin kedalam gelas kimia yang berisi air mendidih. Tunggu sampai berubah warna.
7.     Lakukan hal yang sama dengan bahan makanan yang akan di uji kandungan formalin lainnya.

HASIL PENGAMATAN

No.
Bahan Makanan
Warna setelah ditetesi cairan penguji formalin
Kesimpulan
1.
Sosis
Hijau
Tidak mengandung formalin
2.
Udang
Kecoklatan
Tidak mengandung formalin
3.
Mie
Orange
Mengandung formalin
4.
Kerang
Hitam
Tidak mengandung formalin
5.
Ikan asin
Orange
Mengandung formalin