Jumat, 30 Januari 2015

Cerpen Pengalaman Pribadi #part 1


Seragam Sekolahku

Namaku Evi,. Biasanya hari Senin adalah hari yang paling sial dan menyebalkan bagiku. Sekarang, pukul 06.20. Oh tidak! Aku belum menyisir rambutku, belum pakai kaos kaki, belum pakai sepatu. Ya ampun! Bagaimana aku bisa seceroboh ini? Belum lagi aku harus naik sepeda ke sekolah dengan jarak 3 km yang biasanya ditempuh dengan waktu 20 menit. Tapi, sebelum itu aku harus menjemput temanku ke rumahnya untuk berangkat bersama. Akhirnya aku pun siap untuk berangkat, aku berharap agar tidak telat nanti. Setelah aku lewat depan rumah temanku, Pipit namanya, ia sudah ada di depan rumahnya siap untuk berangkat bersamaku, ia pun memanggilku.
“Hei, tumben telat. Ayo cepetan berangkat” ucapnya.seraya mengambil sepeda miliknya
“Iya, aku bangun kesiangan” jawabku
Aku dan Pipit pun berangkat bersama. Namun, insiden yang tak disengaja pun terjadi. Kami berdua terciprat air dari selang tetangga Pipit yang ingin memandikan kucingnya yang sedang berada diatas pohon. “Vi, gimana nih ? baju kita basah meskipun nggak semuanya sih” kata Pipit. “Ya sama, aku juga. Terus kita harus gimana lagi ? kita nggak boleh telat Pit ! hari Senin kan Upacara” jelasku panjang lebar. “Oh iya, yaudah cepetan keburu gerbangnya ditutup nanti!” ucapnya sekali lagi. Lalu aku dan Pipit pun meneruskan perjalanan ke sekolah dengan perasaan campur aduk. Akhirnya sampailah kita berdua di tempat parkir sepeda. Kami pun berlari menuju sekolah, berharap agar gerbang belum ditutup, dan syukurlah gerbang belum ditutup dan Jam masih menunjukkan pukul 06.45. Kami pun merasa sangat lega meskipun masih ngos-ngosan karena berlari tadi. Pipit pun bertanya “Vi… ba...jumu udah kering belum? Bajuku belum… kering nih!” tanyanya sambil tersenggal-senggal karena nafasnya masih memburu. “Belum” jawabku singkat. Kami berdua pun berjalan menyusuri koridor kelas,dan akhirnya sampailah di kelas kami.
Di kelas pun teman-teman bertanya tentang seragam kami yang basah, salah satunya Vina “Pipit, Evi kalian habis ngapain? Kok seragam kalian basah semua? Jangan-jangan kalian…” Tanya Vina menginterogasi. “Apa?”. “Jangan-jangan kalian kecebur kolam ya? Hahaha…” ucap Vina. “Bukannnn…kita habis mandi lagi bareng kucing, tau!” ucap Pipit. “Hahh…maksudnya?” Tanya Vina tak mengerti arah pembicaraan Pipit. “Tadi, kita nggak sengaja keciprat air buat mandiin kucing tetangganya Pipit, jadi serasa mandi lagi bareng kucing” jelasku. “Ooh, jadi gitu”. “Eh ya, kita jam ketiga setelah upacara pelajaran apa?” Tanya pipit pada Vina seraya berjalan menuju bangkunya untuk meletakkan tas. “Matematika” jawab Vina singkat. “Hahh…matematika?” tanyaku spontan. Otomatis semua pandangan anak-anak di kelas tertuju padaku. “Kenapa?” Tanya Pipit. “Emm..mmm …nggak kok” jawabku dengan asal. Bel pertama pun berbunyi, semua murid bergegas untuk ke lapangan belakang untuk memulai Upacara bendera hari Senin. Upacara hari ini pun terlalui lancar, semua anak bergegas untuk ke kelasnya masing-masing. Entah itu untuk membersihkan kelas atau yang lainnya. Jam ketiga pun berbunyi, waktunya untuk memulai pelajaran matematika yang menguras otak.
Pada waktu istirahat, leganya bisa melewatkan pelajaran yang mematahkan semangat dengan rumus-rumusnya, aku pun keluar dari kelas untuk menenangkan perut yang kosong, saat sampai ke kantin, “aduh aku lupa bawa uang jajan” ucapku dalam hati, lalu aku merutuki kecerobohanku, ya sudahlah itu memang kesalahanku bagaimana pun aku harus menerima resiko ini, datanglah teman baikku, Ayu namanya. Ia mentraktirku makan, lalu hati ini bergejolak seperti air yang menyambar api, dengan senangnya, aku pun mengucapkan terima kasih untuk temanku.
Semua pelajaran di hari ini selesai sudah, kepalaku berdenyut pusing. Bel pulang sekolah pun telah berbunyi, waktunya untuk segera pulang. Namun, awan hitam di langit dan hujan yang lebat itu memaksaku dan kawan-kawan untuk tetap berada di sekolah. Pasalnya, jika kita kita menerobos hujan, kami akan basah kuyup. Sedangkan seragam kami masih dipakai besok. Akhirnya perlahan-lahan hujan pun reda, meskipun masih ada awan hitam di langit. Aku dan Pipit buru-buru mengambil sepeda kami di parkiran. “Ayo Vi, cepetan” ucap Pipit padaku. Setelah kami mengambil sepeda, kami berdua lekas pulang.
Rumah Pipit lebih dekat dari sekolah dibanding rumahku, jadi Pipit sampai rumah lebih dulu. Di perjalanan pulang, kulihat air menggenang di sudut-sudut jalanan, dampak dari hujan deras tadi. Kupercepat laju sepedaku, namun masih hati-hati, karena aku takut tergelincir. Tiba-tiba ada seseorang yang naik motor, ia melaju sangat cepat hingga motor itu menciprati aku, tepatnya seragamku dengan air di sudut jalan. Aku pun kesal karenanya. Besok seragam ini masih dipakai, tapi sudah kotor dan basah gara-gara orang tersebut. “Hei…hati-hati dong” teriakku. Namun, orang tersebut tak menggubris teriakanku. Aku pun makin kesal dibuatnya. Noda di seragamku perlahan makin terlihat setelah aku sampai di rumah.
Sesampainya dirumah pukul 01.45, dan aku pun di Tanya oleh Mama “Vi, kamu tadi nggak kehujanan kan?”. ”Enggak” jawabku singkat. “Seragammu kenapa? Kok kotor gitu?” Tanya Mama padaku. “Habis kecipratan air di jalan tadi” jelasku sambil cemberut. “Ooh, cepetan ganti baju sana! Biar seragamnya Mama cuci” ucap Mama. “Emang bisa kering?” tanyaku. “Ya bisa lah. Udah sana cepetan ganti baju”. Aku pun segera ganti baju dan memberikan seragamku pada Mama untuk di cuci. Lalu, aku makan siang dengan lauk yang sudah disiapkan oleh Mamaku sejak tadi. Aku pun makan dengan lahap, seperti orang kelaparan. Ya, memang aku kelaparan kan?
Paginya, aku bangun lebih pagi dari kemarin. Aku pun lekas ambil air wudhu untuk sholat shubuh, mandi, ganti baju…oh tunggu Seragamku udah kering belum ya? Tanyaku dalam hati. Aku pun bertanya pada Mama. “Ma, seragamku mana? Udah kering belum?”. “Udah, ada di lemari kamu” ucap Mama dari dapur. Aku pun segera menuju lemari. Kulihat seragam putih biruku digantung di dalam lemari. Aku pun segera memakainya dan lekas menuju meja makan untuk sarapan pagi. Di meja makan aku membuka percakapan dengan Mama “Ma, seragamnya kok bisa kering sih? Mama apain sampe bisa kering?”. “Habis dicuci, di jemur. Tapi meskipun dijemur kan nggak begitu kering, terus Mama setrika” jelas Mama panjang lebar. “Ooh” jawabku singkat. Akhirnya aku pun mengawali hari Selasa ini dengan hati yang bahagia, tidak seperti hari Senin kemarin.
TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar