Seragam Sekolahku
Namaku Evi,. Biasanya hari
Senin adalah hari yang paling sial dan menyebalkan bagiku. Sekarang, pukul 06.20.
Oh tidak! Aku belum menyisir rambutku, belum pakai kaos kaki, belum pakai
sepatu. Ya ampun! Bagaimana aku bisa seceroboh ini? Belum lagi aku harus naik
sepeda ke sekolah dengan jarak 3 km yang biasanya ditempuh dengan waktu 20
menit. Tapi, sebelum itu aku harus menjemput temanku ke rumahnya untuk
berangkat bersama. Akhirnya aku pun siap untuk berangkat, aku berharap agar
tidak telat nanti. Setelah aku lewat depan rumah temanku, Pipit namanya, ia
sudah ada di depan rumahnya siap untuk berangkat bersamaku, ia pun memanggilku.
“Hei, tumben telat. Ayo cepetan berangkat” ucapnya.seraya
mengambil sepeda miliknya
“Iya, aku bangun kesiangan” jawabku
Aku dan Pipit pun berangkat bersama. Namun, insiden yang tak
disengaja pun terjadi. Kami berdua terciprat air dari selang tetangga Pipit
yang ingin memandikan kucingnya yang sedang berada diatas pohon. “Vi, gimana
nih ? baju kita basah meskipun nggak semuanya sih” kata Pipit. “Ya sama, aku
juga. Terus kita harus gimana lagi ? kita nggak boleh telat Pit ! hari Senin
kan Upacara” jelasku panjang lebar. “Oh iya, yaudah cepetan keburu gerbangnya
ditutup nanti!” ucapnya sekali lagi. Lalu aku dan Pipit pun meneruskan
perjalanan ke sekolah dengan perasaan campur aduk. Akhirnya sampailah kita
berdua di tempat parkir sepeda. Kami pun berlari menuju sekolah, berharap agar
gerbang belum ditutup, dan syukurlah gerbang belum ditutup dan Jam masih
menunjukkan pukul 06.45. Kami pun merasa sangat lega meskipun masih ngos-ngosan
karena berlari tadi. Pipit pun bertanya “Vi… ba...jumu udah kering belum?
Bajuku belum… kering nih!” tanyanya sambil tersenggal-senggal karena nafasnya
masih memburu. “Belum” jawabku singkat. Kami berdua pun berjalan menyusuri
koridor kelas,dan akhirnya sampailah di kelas kami.
Di kelas pun teman-teman
bertanya tentang seragam kami yang basah, salah satunya Vina “Pipit, Evi kalian
habis ngapain? Kok seragam kalian basah semua? Jangan-jangan kalian…” Tanya
Vina menginterogasi. “Apa?”. “Jangan-jangan kalian kecebur kolam ya? Hahaha…”
ucap Vina. “Bukannnn…kita habis mandi lagi bareng kucing, tau!” ucap Pipit.
“Hahh…maksudnya?” Tanya Vina tak mengerti arah pembicaraan Pipit. “Tadi, kita
nggak sengaja keciprat air buat mandiin kucing tetangganya Pipit, jadi serasa
mandi lagi bareng kucing” jelasku. “Ooh, jadi gitu”. “Eh ya, kita jam ketiga
setelah upacara pelajaran apa?” Tanya pipit pada Vina seraya berjalan menuju
bangkunya untuk meletakkan tas. “Matematika” jawab Vina singkat.
“Hahh…matematika?” tanyaku spontan. Otomatis semua pandangan anak-anak di kelas
tertuju padaku. “Kenapa?” Tanya Pipit. “Emm..mmm …nggak kok” jawabku dengan
asal. Bel pertama pun berbunyi, semua murid bergegas untuk ke lapangan belakang
untuk memulai Upacara bendera hari Senin. Upacara hari ini pun terlalui lancar,
semua anak bergegas untuk ke kelasnya masing-masing. Entah itu untuk membersihkan
kelas atau yang lainnya. Jam ketiga pun berbunyi, waktunya untuk memulai
pelajaran matematika yang menguras otak.
Pada waktu istirahat, leganya
bisa melewatkan pelajaran yang mematahkan semangat dengan rumus-rumusnya, aku
pun keluar dari kelas untuk menenangkan perut yang kosong, saat sampai ke
kantin, “aduh aku lupa bawa uang jajan” ucapku dalam hati, lalu aku merutuki
kecerobohanku, ya sudahlah itu memang kesalahanku bagaimana pun aku harus
menerima resiko ini, datanglah teman baikku, Ayu namanya. Ia mentraktirku makan,
lalu hati ini bergejolak seperti air yang menyambar api, dengan senangnya, aku
pun mengucapkan terima kasih untuk temanku.
Semua pelajaran di hari ini
selesai sudah, kepalaku berdenyut pusing. Bel pulang sekolah pun telah
berbunyi, waktunya untuk segera pulang. Namun, awan hitam di langit dan hujan
yang lebat itu memaksaku dan kawan-kawan untuk tetap berada di sekolah.
Pasalnya, jika kita kita menerobos hujan, kami akan basah kuyup. Sedangkan
seragam kami masih dipakai besok. Akhirnya perlahan-lahan hujan pun reda,
meskipun masih ada awan hitam di langit. Aku dan Pipit buru-buru mengambil
sepeda kami di parkiran. “Ayo Vi, cepetan” ucap Pipit padaku. Setelah kami
mengambil sepeda, kami berdua lekas pulang.
Rumah Pipit lebih dekat dari sekolah
dibanding rumahku, jadi Pipit sampai rumah lebih dulu. Di perjalanan pulang,
kulihat air menggenang di sudut-sudut jalanan, dampak dari hujan deras tadi. Kupercepat
laju sepedaku, namun masih hati-hati, karena aku takut tergelincir. Tiba-tiba
ada seseorang yang naik motor, ia melaju sangat cepat hingga motor itu
menciprati aku, tepatnya seragamku dengan air di sudut jalan. Aku pun kesal
karenanya. Besok seragam ini masih dipakai, tapi sudah kotor dan basah
gara-gara orang tersebut. “Hei…hati-hati dong” teriakku. Namun, orang tersebut
tak menggubris teriakanku. Aku pun makin kesal dibuatnya. Noda di seragamku
perlahan makin terlihat setelah aku sampai di rumah.
Sesampainya dirumah pukul
01.45, dan aku pun di Tanya oleh Mama “Vi, kamu tadi nggak kehujanan kan?”. ”Enggak”
jawabku singkat. “Seragammu kenapa? Kok kotor gitu?” Tanya Mama padaku. “Habis
kecipratan air di jalan tadi” jelasku sambil cemberut. “Ooh, cepetan ganti baju
sana! Biar seragamnya Mama cuci” ucap Mama. “Emang bisa kering?” tanyaku. “Ya
bisa lah. Udah sana cepetan ganti baju”. Aku pun segera ganti baju dan
memberikan seragamku pada Mama untuk di cuci. Lalu, aku makan siang dengan lauk
yang sudah disiapkan oleh Mamaku sejak tadi. Aku pun makan dengan lahap,
seperti orang kelaparan. Ya, memang aku kelaparan kan?
Paginya, aku bangun lebih pagi
dari kemarin. Aku pun lekas ambil air wudhu untuk sholat shubuh, mandi, ganti
baju…oh tunggu Seragamku udah kering belum ya? Tanyaku dalam hati. Aku pun
bertanya pada Mama. “Ma, seragamku mana? Udah kering belum?”. “Udah, ada di
lemari kamu” ucap Mama dari dapur. Aku pun segera menuju lemari. Kulihat
seragam putih biruku digantung di dalam lemari. Aku pun segera memakainya dan
lekas menuju meja makan untuk sarapan pagi. Di meja makan aku membuka
percakapan dengan Mama “Ma, seragamnya kok bisa kering sih? Mama apain sampe
bisa kering?”. “Habis dicuci, di jemur. Tapi meskipun dijemur kan nggak begitu
kering, terus Mama setrika” jelas Mama panjang lebar. “Ooh” jawabku singkat.
Akhirnya aku pun mengawali hari Selasa ini dengan hati yang bahagia, tidak
seperti hari Senin kemarin.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar